Pengertian, Jenis, Ciri-Ciri dan Contoh Gurindam – Istilah gurindam berasal dari bahasa Tamil (salah satu bahasa di India) “kirindam” yang artinya perumpamaan. Gurindam ini sudah menjadi kekayaan sastra bangsa Melayu. Gurindam dibawa oleh orang India terdahulunya yang tentu terinspirasi oleh pengaruh kesusastraan Hindu.
Gurindam adalah jenis bentuk puisi tidak biasa Melayu tradisional. Gurindam ialah kombinasi dari dua klausa dimana klausa relatif membentuk garis dan dengan demikian terkait dengan baris kedua atau klausa utama. Setiap pasang garis (stanza) memberikan ide-ide lengkap dalam pasangan dan memiliki sajak yang sama di ujungnya.
Baca Juga :
Tak ada batasan pada jumlah kata per baris dan tak ada ritme per baris yang ditetapkan. Meski gurindam terlihat mirip dengan syair yang juga memiliki rima yang sama di akhir setiap bait, gurindam berbeda dalam arti bahwa ia menyelesaikan pesan dalam bait yang sama sementara syair membuka pesan dalam beberapa bait.
Baris pertama gurindam dikenal sebagai syarat (protasis) dan baris kedua disebut jawab (apodosis). Dengan kata lain, baris pertama menyatakan kondisi, sementara baris kedua memberikan jawabannya.
Gurindam biasanya berisi nasihat atau sindirian. Ia juga mengandung nilai-nilai sosial atau ajaran agama pada kehidupan sehari-hari. Nilai itu bisa berupa sindiran atau pun kebenaran dalam berperilaku dan bersikap serta sopan santun. Gurindam terkenal pada zaman dahulu sebagai bagian sastra Melayu lama yang banyak digunakan untuk pembelajaran akhlak dan budi pekerti.
Jenis Gurindam
Gurindam memiliki dua jenis yaitu:
1). Gurindam berangkai
Bentuk gurindam yang ditandai dengan kata yang serupa pada tiap-tiap baris pertama baitnya. Contoh:
Lakukan saja yang menurutmu benar
Lakukan saja yang menurutmu pantas
Hidup hanya bergantung hati
Hidup hanya sesaat dan kemudian mati
2). Gurindam berkait
Gurindam yang ditandai dengan adanya saling terkait antara bait pertama dengan bait-bait yang mengikutinya. Contoh:
Siapa tak ingin sesat dunia akhirat
Maka cepatlah taubat sebelum terlambat
Tapi siapa yang lekas bertaubat sebelum kiamat
Maka didapatlah itu yang namanya selamat
Ciri-Ciri Gurindam
Gurindam memiliki ciri-ciri yang dijabarkan sebagai berikut:
- Setiap baitnya terdiri atas dua baris tidak lebih dari ini tiap baitnya
- Jumlah suku kata setiap baris tidak tetap (tak ada ketentuan harus berapa)
- Bersajak sama atau bisa dikatakan ‘a a’, ‘b b’, ‘c c’, ‘d d’, dan seterusnya
- Memiliki irama tetap di setiap akhir dari baris
- Baris pertama dan baris kedua memiliki hubungan sebab dan akibat
- Baris keduanya merupakan isi
- Kedua baris gurindam memiliki kalimat yang majemuk
- Penciptanya biasa tidak dikenal (bersifat anonim)
- Isinya biasa berupa nasihat kebenaran,sindiran pada seseorang supaya bisa mengubah tingkah lakunya yang buruk, filosofi hidup, ataupun kata-kata mutiara yang penuh hikmah
Contoh Gurindam
Ada salah satu pengarang gurindam yang paling termasyhur karya gurindamnya yaitu Raja Haji Ali. Beliau ada seorang sastrawan dan juga dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari provinsi Kepulauan Riau. (Baca Juga : Sejarah hari Pahlawan)
Karya beliau yang sangat termasyhur tersebut ialah Gurindam Dua Belas. Gurindam Dua Belas terdiri dari 12 pasal. Karya gurindam ini diselesaikan beliau pada tahun 1847 pada saat beliau berumur 38 tahun.
Isi dari setiap pasal berisikan pesan-pesan nasihat agama yang banyak ditinggalkan oleh umat muslim. Isinya sangat penuh nasehat sehingga mengingatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Berikut salah satu contoh gurindam, yang merupakan beberapa penggalan isi pasal (pasal 1-4 saja pada contoh ini) dari Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji:
Pasal Satu
Barang siapa tiada memegang agama,
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
Maka itulah ia orang yang ma’rifat.
Barang siapa mengenal Allah,
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal mengenal diri,
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.
Barang siapa yang mengenal dunia,
Tahulah ia barang yang terpedaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
Tahulah ia dunia mudarat.
Pasal Dua
Barang siapa mengenal yang tersebut,
Tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
Seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa mengenal puasa,
Tidakah mendapat dua termasa.
Barang siapa meninggalkan zakat,
tiadalah harta beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
Tiadalah ia menyempurnakan janji.
Pasal Tiga
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
Khabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila terpelihara lidah,
Niscaya dapat daripadanya paedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
Daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
Keluarlah fi’il yang tiada senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
Di situlah banyak orang yang hilang semangat.
Hendaklah peliharakan kaki,
Daripada berjalan yang membawa rugi.
Pasal Empat
Hati kerajaan didalam tubuh
Jikalau dzalim segala anggota pun roboh
Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir
Disitulah banyak orang tergelincir
Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala
Jika sedikitpun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekong
Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada ia sangka
Bakhil jangan diberi singgah
Itupun juga perampok yang amat gagah
Barang siapa yang sudah besar
Janganlah kelakuannya membuat kasar
Barang siapa perkataan kotor
Mulutnya itu umpama ketur
Dimana tahu salah diri
Jika tidak orang lain yang berperi