Pengertian Dan Akibat Terjadinya Rotasi Bumi – Pernahkah Anda membayangkan jikalau sebenarnya Bumi kita ini terus bergerak?
Tidak pernah bukan karena kita merasa bahwa kita yang mendiami Bumi tidak ikut bergerak? Namun fenomena Bumi bergerak ini memang fakta adanya dan telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan.
Pada tahun 1543, seorang astronom asal Polandia yaitu Nicolaus Copernicus menyatakan suatu teori bahwa Bumi rupanya bergerak bahkan berputar pada porosnya mengelilingi Matahari.
Baca Juga :
- Proses Terjadinya Gerhana Matahari
- Proses Terjadinya Gerhana Bulan
- Pengertian, Bentuk dan Ciri Galaksi
Bumi berputar pada porosnya dalam posisi yang tidak sepenuhnya tepat lurus, namun agak miring. Kemiringannya mencapai 23,5o dari dataran orbit. Waktu yang diperlukan untuk satu kali berotasi oleh Bumi adalah satu hari atau 24 jam.
Pengertian Rotasi Bumi
Salah satu bukti paling penting dan nyata bahwa Bumi benar-benar bergerak adalah terbit dan tenggelamnya Matahari. Sebagaimana diketahui, Matahari terbit di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat sehingga menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam.
Peristiwa ini hanya memungkinkan terjadi bila Bumi berbentuk bulat dan berputar secara teratur pada sumbunya atau yang biasa dikenal sebagai rotasi Bumi. Dengan kata lain, rotasi bumi adalah perputaran Bumi secara teratur pada sumbu (poros)-nya.
Akibat Terjadinya Rotasi Bumi
Rotasi Bumi dapat mengakibatkan banyak fenomena yang intensitas kejadiannya sangat teratur. Beberapa penyebab rotasi Bumi yang dapat Anda rasakan adalah sebagai berikut.
- Pergantian Siang dan Malam
Perlu diketahui bahwa arah perputaran Bumi saat berotasi adalah dari arah barat ke timur dengan besar putaran sebesar 150 tiap jam-nya. Kecepatan rotasi ini tetap teratur sehingga menyebabkan Bumi pun mendapat sinar Matahari secara bergantian dan teratur di tiap bagiannya.
Oleh karena itu, rotasi Bumi mengakibatkan pergantian siang dan malam. Bagian Bumi yang terkena sinar Matahari akan mengalami siang hari. Sebaliknya, bagian Bumi yang tidak terkena sinar Matahari mengalami apa yang disebut sebagai malam hari.
- Gerak Semu Harian
Jika kita perhatikan baik-baik, benda-benda langit seperti matahari dan bintang-bintang di langit tampak bergerak dari arah timur ke barat. Bagi kita yang tinggal di Bumi, seakan-akan Matahari-lah yang mengelilingi Bumi, padahal sebenarnya benda-benda langit itu tidak bergerak dari arah timur ke barat melainkan Bumi-lah yang berputar pada sumbu (poros)-nya.
Perputaran Bumi yang sebenarnya adalah dari arah barat ke arah timur. Perputaran Bumi inilah yang menyebabkan benda-benda langit seperti matahari dan bintang-bintang terlihat bergerak dari arah timur ke barat. Fenomena gerakan seperti ini disebut gerak semu harian.
- Terjadinya Pergantian Musim
Rotasi Bumi juga menyebabkan terjadinya pergantian musim, yakni musim panas, dingin, gugur dan semi. Belahan Bumi yang condong kea rah Matahari akan mengalami musim panas, sedangkan belahan Bumi lainnya yang tidak mendapatkan sinar Matahari akan mengalami musim dingin.
Pada saat terjadi perubahan arah kemiringan rotasi Bumi, maka bagian Bumi yang lain ada yang mengalami musim gugur da nada juga musim semi. Hal ini tentu saja berbeda dengan daerah tropis seperti Indonesia karena daerah tropis hanya memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
- Pembagian Waktu
Seperti diketahui bahwa dalam satu kali rotasi, Bumi menempuh sudut 360o dalam satu kali rotasi membutuhkan waktu 24 jam, maka setiap 15o terjadi perbedaan waktu Bumi tiap satu jam-nya.
Berdasar atas hal tersebut, seluruh permukaan Bumi dapat dibuat 360 buah garis khayal yang membujur dari utara ke selatan. Garis yang membujur inilah yang disebut sebagai garis bujur yang membagi posisi timur atau barat.
Dan berdasarkan pada garis bujur inilah waktu di Bumi bisa ditetapkan. Sementara itu, garis lintang didefinisikan sebagai garis atau lingkaran yang membagi posisi utara atau selatan pada Bumi.
Sebagai waktu pangkal, ditetapkanlah garis bujur yang melalui kota Greenwich dekat kota London sebagai garis bujur 0o. Waktu pangkal itu sendiri merupakan waktu yang digunakan sebagai acuan dasar (titik tolak) untuk menetapkan waktu di tempat lain di Bumi. Waktu pangkal inilah yang dikenal sebagai waktu Greenwich atau GMT (Greenwich Mean Time).
Sebagai acuan, maka penentuan derajat bujur tempat-tempat lain diukur dari kota ini. Oleh karena itu, setiap garis bujur yang jaraknya 15o atau kelipatan 15o baik di sebelah timur maupun barat garis bujur 0o digunakan sebagai bujur standar. Waktu pada bujur standar ini disebut waktu standar atau waktu lokal.
Misalnya saja Indonesia terletak pada 95o BT dan 141oBT, maka wilayah Indonesia membentang sejauh 46o bujur (141o – 95o). Setiap 15o memiliki perbedaan waktu satu jam, maka jumlah waktunya menjadi 3 jam (46o dibagi 15o = 3,06 jam).
Oleh karena itulah, wilayah waktu Indonesia terbagi menjadi tiga perbedaan waktu yaitu WIB (Waktu Indonesia Barat), WITA (Waktu Indoensia Tengah), dan WIT (Waktu Indonesia Timur).
Indonesia pun memiliki tiga bujur standar yaitu 105o BT, 120o BT, dan 135o BT dan masing-masing daerah waktu di Indonesia itu berselisih satu jam.
Oleh karena itu, ketika Greenwich menunjukkan pukul 10 pagi, maka perhitungan ketiga waktu lokal di Indonesia adalah sebagai berikut :
- Waktu Indonesia Barat (WIB) : pukul 5 sore
- Waktu Indonesia Tengah (WITA) : pukul 6 sore
- Waktu Indonesia Timur (WIT) : pukul 7 malam
- Kepepatan Bentuk Bumi
Kepepatan bentuk Bumi artinya bahwa Bumi tidak benar-benar berbentuk bulat seperti bola, namun bulat pepat atau elips. Hal itu disebabkan oleh karena perputaran Bumi yang terus menerus pada sumbu (poros)-nya membuat daerah khatulistiwa pada Bumi mengembang dan daerah kutubnya pun menjadi pepat.
Baca Juga :
- Pengertian dan Contoh Satelit
- Pengertian, Susunan, dan Sistem Tata Surya
- Sejarah Pemberian Nama Planet
Oleh karena itu, bila dihitung maka diameter Bumi pada daerah Khatulistiswa lebih panjang dibandingkan diameter kutubnya.