Biografi W.R. Soepratman dan Profil W.R. Soepratman – W.R Soepratman dikenal sebagai pahlawan untuk negara ini dan juga lagunya dibuat sebagai lagu nasional untuk Indonesia.
Upah Rudolf Supratman lahir pada 19 Maret 1903 di Dukuh Trembelang, Desa Somongari, Kabupaten Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Pendapat ini – selain didukung oleh keluarga Soepratman – diperkuat dengan keputusan Pengadilan Negeri Purworejo pada 29 Maret 2007.
Wage Rudolf Soepratman atau secara umum apa yang kita kenal sebagai nama W.R. Supratman adalah salah satu aset berharga dalam sumber daya manusia di Indonesia. Ia dikenal sebagai pahlawan dan pencipta lagu untuk negara ini dan juga lagunya dibuat sebagai lagu nasional untuk Indonesia.
Wage Rudolf Supratman lahir pada 19 Maret 1903 di Somongari, Purworejo. Oh ya, beberapa informasi yang saya dapatkan adalah masih ada perdebatan tentang kebenaran dari tanggal lahirnya. Dalam keluarga, Supratman memiliki ayah bernama Joemeno Kartodikromo, seorang tentara KNIL Belanda, dan ibunya, Siti Senen.
W.R. Supratman adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Kakak sulungnya bernama Roekijem. Pada tahun 1914, Soepratman bergabung dengan Roekijem ke Makassar.
Di sana ia dididik dan didanai oleh suami Roekijem bernama Willem van Eldik. Biografi dan Profil W.R Supratman Soepratman kemudian belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama 3 tahun, kemudian melanjutkan ke sekolah Normaal di Makassar sampai selesai.
Ketika dia berumur 20 tahun, dia dianugerahi seorang guru di sekolah Nomor 2. Dua tahun kemudian dia menerima diploma Klein Ambtenaar. Untuk beberapa waktu dia bekerja di perusahaan perdagangan. (Baca : Pengertian Perdagangan Dalam Negeri)
Dari sudut pandang, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai jurnalis. Dia terus melakukan pekerjaan saat tinggal di Jakarta.
Sementara itu dia ada di Bandung. Pada bulan Oktober 1928, Kongres Pemuda Kedua diadakan di Jakarta. Di masa itu dia mulai tertarik pada gerakan nasional dan untuk bergaul dengan banyak tokoh gerakan.
Ketidakpuasan dengan kolonialisme Belanda mulai tumbuh, yang kemudian ia tulis dalam sebuah buku berjudul Perawan Desa.
Buku itu disita dan dilarang beredar oleh Pemerintahan Belanda. Supratman dipindahkan ke Kota Sengkang. Di kota ia tidak menetap terlalu lama dan kembali setelah itu dia kembali ke Makassar. Di sana ia dididik dan didanai oleh suami Roekijem bernama Willem van Eldik.
Roekijem sendiri sangat menyukai drama dan musik. Banyak dari karyanya ditampilkan di mes militer. Selain itu, Roekijem juga suka bermain biola, gairahnya yang membuat Soepratman juga suka bermain biola, gairahnya yang membuat Soepratman juga suka bermain musik dan membaca buku-buku musik. Menciptakan Lagu-Lagu Indonesia Raya
Menciptakan Lagu Indonesia Raya
R. Soepratman tidak menikah dan tidak memiliki anak angkat. Ketika tinggal di Makassar, Soepratman menerima pelajaran musik dari kakak iparnya, Willem van Eldik, jadi dia pandai bermain biola yang nantinya juga bisa menulis lagu.
Ketika Supratman tinggal di Jakarta, dia telah membaca esai di majalah Timbul. Penulis karangan tersebut menantang para ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. (Baca : Makna 4 Pilar Kebangsaan)
Soepratman merasa tertantang dan dia mulai menulis lagu. Pada tahun 1924 sebuah lagu Indonesia yang hebat diciptakan yang pada saat itu berusia 21 tahun dan berada di Bandung.
Menjelang ditutupnya Kongres Pemuda Kedua di Jakarta pada 28 Oktober 1928, Soepratman memainkan lagu-lagunya yang dibuat secara instrumental di depan umum dan semua yang hadir merasa takjub mendengarnya.
Lagu Indonesia Raya kemudian dengan cepat menjadi terkenal, jika ada pesta menggelar kongres maka lagu itu selalu dinyanyikan. Lagu Indonesia Raya adalah manifestasi dari rasa persatuan dan keinginan untuk merdeka.
Kematian W.R. Soepratman
Karena ia menciptakan lagu Indonesia Raya, Soepratman menjadi buronan dari polisi Hindia Belanda sampai ia jatuh sakit di Surabaya.
Karena lagunya berjudul “Matahari Terbit”, pada awal Agustus 1938, Soepratman ditangkap saat menyiarkan lagu itu bersama pemandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya dan kemudian dia ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. W.R Supratman meninggal pada 17 Agustus 1938 karena sakit.
Setelah Kemerdekaan Indonesia, Lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman ditetapkan sebagai lagu kebangsaan. Namun sayangnya sang pencipta tidak bisa merasakan kemerdekaan.
Baca Juga : Biografi Jabir Ibn Hayyan